Dalam Analisis Kimia, ada beberapa macam cara pengujian yang biasa disebut Metoda Analisa. Di bawah ini terdapat beberapa penjelasan mengenai Metoda Analisa beserta contoh pengujiannya.
VOLUMETRI
- ASIDIMETRI
a. SEKILAS
Suatu
cara untuk menentukan kadar atau konsentrasi atau jumlah dari suatu
zat dengan menentukan volume dari larutan tertentu dengan konsentrasi
tertentu yang diperlukan pada suatu reaksi tertentu.
Asidi alkali metri = kalau yang akan ditentukan adalah asam (ataubasa) dengan pereaksinya basa (atauasam) dalam suatu reaksi asam-basa.
b. PRINSIP
Menentukan
kadar asam (atau basa) dengan menentukan volume dari basa (atau asam)
dengan konsentrasi tertentu yang diperlukan pada reaksi asam basa.
c. REAKSI

Reaksi diatas menunjukan bahwa reaksi akan berhenti jika :
“Jumlah H+ (asam) telah ekuivalen dengan jumlah OH- (basa)”
Saat ini, dimana semua basa tepat bereaksi dengan semua asam dinamakan dengan “Titik Ekuivalen” dan pada saat ini akan berlaku :
Molekul valen asam = Molekul valen basa
Atau
N asam x V asam = N basa x V basa
d. CARA KERJA
Penetapan Kenormalan Larutan NaOH terhadap larutan HCl
a. Buat larutan HCl 0,1 N dari larutan yang tersedia
b. Tetapkan kenormalan larutan ini
c. Pipet
kemudian 25 ml larutan HCl, masukan kedalam labu titrasi dan tambah 3
tetes larutan indikantor phenoptalein dan titrasi ini terhadap larutan
NaOH yang akan ditetapkan, sampai warna merah jambu
d. Hitung kenormalan larutan NaOH tersebut
e. PERHITUNGAN
N asam x V asam = N basa x V basa
f. PEMBAHASAN
- ALKALIMETRI
a. SEKILAS
Suatu
cara untuk menentukan kadar atau konsentrasi atau jumlah dari suatu
zat dengan menentukan volume dari larutan tertentu dengan konsentrasi
tertentu yang diperlukan pada suatu reaksi tertentu.
Asidi
alkali metri = kalau yang akan ditentukan adalah asam (ataubasa)
dengan pereaksinya basa (atauasam) dalam suatu reaksi asam-basa.
b. PRINSIP
Pembakuan HCl terhadap Na2B4O7 10H2O (Boraks)
Sejumlah
tertentu larutan boraks dititrasi oleh larutan HCl yang akan ditentukan
konsentrasinya dengan bantuan metil merah sampai terjadi perubahan
warna dari kuning menjadi merah jingga.
Pada saat TE mek boraks = me HCl,,sehingga konsentrasi HCl dapat dihitung.
c. REAKSI


Na2B4O7 + 5H2O + 2HCl 4H3BO3 + 2NaCl
d. CARA KERJA
Pembakuan HCl terhadap Na2B4O7 10H2O (Boraks)
a. Timbang+/- 1,91 gram boraks
b. Larutkan dalam air panas dan dinginkan
c. Encerkan dalam lbu ukur 100 ml dengan air
d. Isi buret 50 ml dengan larutan HCl
e. Pipet 25 ml larutan boraks ,, masukan kedalam enlemeyer 250 ml
f. Tambahkan beberapa tetes indicator metil merah
g. Titrasi sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah jingga
h. Lakukan titrasi sampai didapat volume peniter konstan
i. Hitung konsentrasi HCl
e. PERHITUNGAN
N asam x V asam = N basa x V basa
f. PEMBAHASAN
- ARGENTOMETRI
1) SEKILAS
Istilah
Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak.
Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan
endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar
garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
2) MOHR
a. PRINSIP
AgNO3 akan bereaksi dengan Cl- dan sample membentuk endapan HCL mengendap (putih ) setelah semua Cl- mengendap, kelebihan AgNO3 (Pb+) akan bereaksi dengan CrO42- membentuk AgCrO4 mengendap ( yang mengendap berwarna merah bata ) ini adalah TAT.
Ag++ CL- = AgCl mengendap putih
Na++ CrO42- = Ag2CrO4 mengendap merah bata
b. REAKSI




c. CARA KERJA
Penentuan Klorida dalam Garam Dapur Kasar
0,45
gram garam dapur kasar yang dilarutkan dalam akuades dan diencerkan
hingga 100 ml didalam labu ukur, kadar NaCl murni yang terkandung dalam
0,45 gram sample tadi dapat ditentukan dengan menentukan ion Cl- nya
menggunakan titrasi argentometri dan AgNO3 sebagai larutan standar.
Dari
larutan garam dapur yang telah dibuat, diambil 10 ml untuk dititrasi.
Indikator yang digunakan adalah kalium kromat (K2CrO4). Pada awal
penambahan, ion Cl- dan NaCl yang tergantung dalam larutan bereaksi
dengan ion Ag+ yang ditambah sehingga membentuk endapan AgCl yang
berwarna putih. Sedangkan larutan pada awalnya berwarna kuning karena
penambahan indikator K2CrO4. Saat terjadi tiik ekuivalen yaitu saat ion
Cl- tepat bereaksi dengan ion Ag+ yang berarti ion Cl- habis dalam
sistem. Dengan penambahan AgNO3 yang sedikit berlebih menyebabkan ion
Ag+ bereaksi dengan ion CrO42- dalam indikator kalium kromat membentuk
endapan putih dengan warna merah bata.
d. PERHITUNGAN
Berat NaCl = Z1/Z2 x Mr NaCl x V AgNO3
Kadar NaCl = Berat NaCl yang di hasilkan X 100 %
Berat NaCl mula- mula
e. PEMBAHASAN
Titrasi
dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan
sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut
karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan
perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :
Asam : 2CrO42- + 2H-↔ CrO72- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2OH-↔ 2AgOH
2AgOH ↔ Ag2O + H2O
3) FAJANS
a. SEKILAS
Titrasi
argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr,
hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator
yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine
atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3
hingga suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada macam anion
dan indikator yang dipakai. Indikator absorbsi adalah zat yang dapat
diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna.
Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara
lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik
ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder.
b. PRINSIP
AgNO3 distandarisasi dengan NaCl dengan indikator adsorbs yaitu
fluorescein. yang menyebabkan larutan berwarna kuning. Setelah
dititrasi dengan AgNO3, maka warna kuning berangsur-angsur berubah
orange dengan endapan berwarna merah muda. Pada saat itulah tercapai
titik ekuivalen.
c. REAKSI
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) → AgCl ↓ + NaNO3 (aq)
d. CARA KERJA
AgNO3
juga distandarisasi dengan NaCl dengan indikator adsorbs yaitu
fluorescein. Metode ini disebut dengan metode vajans. Metode ini
menggunakan adsorbsi yaitu merupakan zat yang dapat diserap pada
permukaan endapan, sehingga dapat menimbulkan warna. Pada proses
standarisasi diambil / digunakan 25 ml NaCl kemudian ditambah dengan 10
tetes fluorescein, yang menyebabkan larutan berwarna kuning. Setelah
dititrasi dengan AgNO3, maka warna kuning berangsur-angsur berubah
orange dengan endapan berwarna merah muda. Pada saat itulah tercapai
titik ekuivalen. Endapan berwarna merah muda dengan endapan berwarna
orange karena pengaruh warna flouresiein yang mempunyai struktur berikut
:
OCOOH
Pada
titrasi dibutuhkan volume AgNO3 rata-rata sebanyak 26,4 ml, dengan
menggunakan rumus perhitungan seperti percobaan 1 diatas, diperoleh
normalitas AgNO3 yaitu 0,095N (anggap sebagai Z2). Ternyata hasil
standarisasi yang kami lakukan dengan metode vajans hasilnya lebih
mendekati 0,1 N daripada ketika kami menggunakan metode Mohr.
e. PERHITUNGAN
Berat NaCl = Z1/Z2 x Mr NaCl x V AgNO3
Kadar (%)NaCl = Berat NaCl yang di hasilkan X 100 %
Berat NaCl mula- mula
4) VOLHARD
a. SEKILAS
Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br -, dan I- dengan penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KCNS, sedangkan indikator yang digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari FeSCN.
b. PRINSIP
Titrasi
ini dapat dilakukan untuk penentuan ion perak secara langsung dengan
larutan standar thiosianat atau penentuan secara tidak langsung untuk
ion lorida dengan menambah larutan perak nitrat berlebih dan kelebihan
perak nitrat dititrasi oleh larutan thiosianat.
Sebagai
indikator digunakan larutan ion ferri yang dengan kelebihannya ion
thiosianat membentuk senyawa Fe(CNS)2+ yang berwarna merah. Suasana
larutan harus asam kuat sebab dalam suaana netral atau basa akan
terbentuk ferihidroksida yang berwarna coklat.
c. REAKSI
AgNO3 (aq) +KBr (aq) → AgBr ↓ (putih) + KNO3 (aq) (sebelum penampahan KH4CNS)
AgNO3 sisa (aq) + NH4CNS → AgCNS ↓ (putih) + NH4NO3(aq)
Fe3+ + CNS → (Fe(CNS))3+ (Saat terjadi titik ekuivalen)
d. CARA KERJA
Pada
percobaan ini digunakan indikator Ferri ammonium sulfat sebanyak 0,5ml.
Dengan begitu suasana harus asam, maka pada system ditambah HNO3 0,1N
sebanyak 1ml. Dalam percobaan ini, 5ml KBr direaksikan dengan AgNO3
sebanyak 10 ml (0,1N) dan akan menghasilkan endapan putih AgBr (berwarna
keruh). Adanya 1ml HNO3 encer tidak begitu berpengaruh karena AgBr
tidak bereaksi denan HNO3. AgNO3 dibuat berlebih lalu dari AgNO3 yang
bereaksi dengan Br- bereaksi dengan NH4CNS yang diteteskan. Pada awal
penambahan, terbentuk endapan putih AgCNS, tapi setelah Ag+ sisa telah
habis, kelebihan sedikit NH4CNS menyebabkan ion CNS bereaksi dengan Fe3+
dari feri ammonium sulfat membentuk kompleks [Fe(CNS)6 ]3 yang
berwarna orange. Setelah sesaat terjadi perubahan warna, berarti titik
ekuivalen telah tercapai dan titrasi segera dihentikan.
e. PERHITUNGAN
(V1 x Z1/Z2) – (V2 x p) x Mr KBr
Dimana : P= NH4CNS
Z1 atau Z2= NAgNO3
- KOMPLEKSOMETRI
a. SEKILAS
Kompleksometri
adalah jenis titrasi dimana titran dan titrasi saling mengompleks, jadi
membentuk hasil berupa kompleks. Kompleks adalah suatu satuan baru yang
terbentuk dari satuan – satuan yang dapat berdiri sendiri, tetapi
membentuk ikatan baru dalam kompleks itu. Penetapan kadar kalsium dalam
garam kalsium secara kompleksometri.
b. PRINSIP
Sejumlah
tertentu garam kalsium dititrasi dengan larutan EDTA, yang akan dicari
konsentrasinya dengan bantuan penolptalein dan berubah warna dari merah
anggur menjadi biru jelas pada saat TE mek Ca = mek EDTA sehingga kadar
Ca2+ dapat dihitung.
Penetapan Total Kesadahan Air
Pada umumnya kesadahan jumlah air, disebabkan oleh kandungan garam kalsium dan magnesium. Larutan ion Mg2+ dan ion Ca2+ dititrasi secara kompleksometri dengan larutan EDTA dan digunakan petunjuk EBT.
Pertama – tama EDTA akan bereaksi dengan ion Ca2+, kemudian dengan ion Mg2+ dan
akhirnya dengan senyawa rangkai Mg-EBT yang berwarna merah anggur.
Titik akhir pada pH 7 – 11, dengan adanya perubahan warna dari merah
anggur menjadi biru yang berasal dari larutan petunjuk bebas.
c. REAKS


Merah anggur


d. CARA KERJA
Standarisasi antara kalsium terhadap EDTA
1. Ditimbang sampel garam kalsium (Ca2+)
2. Dilarutkan dan diencerkan, dimasukkan kedalam labu ukur
3. Ditambahkan HCl 2N sedikit demi sedikit agar Ca2+ yang keruh dikocok – kocok agar menjadi bening
4. Di ad-kan sampai tanda batas 100 ml
5. Dipipet 10 ml untuk dinetralkan dengan NaOH
6. Ditambahkan 1 tetes ppt dan diteteskan larutan Ca2+ sampai warna berubah menjadi merah
7. Dipipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
8. Ditambahkan NaOH yang dinetralkan tadi
9. Ditambahkan buffer 10 ml dan EBT
10. Titrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahab dari merah angur menjadi biru jelas
Standarisasi antara Ca2+ terhadap EDTA
1. Dipipet 50 ml air limbah yang telah disaring
2. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml
3. Ditambahkan kurang lebih 2 ml buffer pH 10
4. Ditambahkan indikator EBT
5. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 N hingga titik akhir dari merah anggur ke biru jelas
e. PERHITUNGAN
Kadar Ca2+ dihitung setelah standarisasi
![]() |
ml titrasi x M EDTA x Ar Ca 2+ x pengenceran x 100%
penimbangan (mg)
- IODOMETRI
a. SEKILAS
Dalam
proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri)
dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif
beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi
secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah
sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi
sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik.
Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang
ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dan tiosulfat
berlangsung secara sempurna (Underwood, 1986).
Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada 25 0C),
tetapi agak larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Larutan
iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsung iodium murni dan
pengenceran dalam botol volumetrik. Iodium, dimurnikan dengan sublimasi
dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbang dengan
teliti sebelum dan sesudah penembahan iodium. Akan tetapi biasanya
larutan distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3 yang paling biasa digunakan. (Underwood, 1986).
Larutan
standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah
natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.
Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung,
tetapi harus distandarisasi terhadap standar primer. Larutan natrium
tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Sejumlah zat padat
digunakan sebagai standar primer untuk larutan natrium tiosulfat. Iodium
murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan
karena kesukaran dalam penanganan dan penimbangan. Lebih sering
digunakan pereaksi yang kuat yang membebaskan iodium dari iodida, suatu
proses iodometrik (Underwood, 1986).
Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (kadang-kadang dinamakan iodometri), adlaah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Potensial reduksi normal dari sistem reversibel:
I2(solid) 2e 2I-
adalah
0,5345 volt. Persamaan di atas mengacu kepada suatu larutan air yang
jenuh dengan adanya iod padat; reaksi sel setengah ini akan terjadi,
misalnya, menjelang akhir titrasi iodida dengan suatu zat pengoksid
seperti kalium permanganat, ketika konsentrasi ion iodida menjadi
relatif rendah. Dekat permulaan, atau dalam kebanyakan titrasi
iodometri, bila ion iodida terdapat dengan berlebih, terbentuklah ion
tri-iodida:
I2(aq) + I- I3-
Karena iod mudah larut dalam larutan iodida. Reaksi sel setengah itu lebih baik ditulis sebagai:
I3- + 2e 3I-
Dan
potensial reduksi standarnya adalah 0,5355 volt. Maka, iod atau ion
tri-iodida merupakan zat pengoksid yang jauh lebih lemah ketimbang
kalium permanganat, kalium dikromat, dan serium(IV) sulfat (Bassett, J.
dkk., 1994).
b. PRINSIP
Dimana
mula-mula iodium direaksikan dengan iodida berlebih, kemudian iodium
yang terjadi dititrasi dengan natrium thiosulfat. Larutan baku yang
digunakan untuk standarisasi thiosulfat sendiri adalah KIO3.
c. REAKSI


d. CARA KERJA
Pembakuan larutan Na2S2O3 dengan larutan baku KIO3
1.Dengan teliti ditimbang 0,35 gram KIO3 dilarutkan dalam akuades kemudian memasukan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 ml
2.Sampai batas diencerkan, dipipet 25 ml larutan baku KIO3 dan dimasukan dalam Erlenmeyer
3.2 ml H2SO4 2 N dan 10 ml KI 10 %, ditambahkan kemudian dikocok. Larutan ini dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 sampai larutan berwarna kuning muda.
4.Dengan akuades 25 ml diencerkan dan ditambahkan dengan 4 ml larutan amilum 10 %, titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang.
Penentuan Kadar Cu dengan Larutan Baku Na2S2O3
1.Dengan
teliti ditimbang ± 1,0 gram garam CuSO4, dilarutkan dalam akuades,
dimasukkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL,
2.Sampai
tanda batas diencerkan, dan mengocok secara sempurna. Diambil 5 mL
larutan ke dalam labu ukur 100 mL, mengencerkan dengan akuades sampai
tanda batas, dan dikocok sempurna.
3.10 mL larutan sampel dipipet, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, menambahkan 2 mL KI 10%, kemudian dikocok.
4.I2
yang dihasilkan dititrasi dengan larutan baku thio sampai larutan
berwarna kuning muda, kemudian menambahkan 2 mL larutan amilum 1% dan
dilanjutkan titrasi sampai warna biru hampir hilang.
5.2
mL larutan KCNS 10%, ditambahkan warna biru akan timbul lagi,
cepat-cepat dilanjutkan titrasi sampai warna biru tepat hilang.
Dilakukan duplo
- IODIMETRI
a. SEKILAS
b. PRINSIP
Suatu
reaksi kimia berjalan antara air ( W) dan iod (i) , rasio mutlak antara
air dengan iod adalah 1 : 1 , sekali konsentrasi iod dalam pereaksi
karl fischer ditetapkan , konsentrasi air dalam contoh dapat ditetapkan.
Kadar vitamin C
Kadar
vitamin C yang ditetapkan secara iodimetri menggunakan iod sebagai
penitar. Vitamin C dalam Contoh bersifat reduktor kuat akan
dioksidasikan oleh I2 dalam suasana asam dan I2 tereduksi menjadi ion iodide. Indikator yang digunakan adalah kanji dengan titik akhir biru.
c. REAKSI
I2 + SO2 → 2HI + H2SO4
d. CARA KERJA
1. Ditimbang ± 7 gram contoh
2. Dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml. Dilarutkan dengan air dihimpitkan.
3. Dipipet 25 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml .
4. Ditambahkan asam meta Phophoric 3 %, dan indikator kanji 3 ml.
5. Dititar hingga titik akhir berwarna biru.
6. Dilakukan penitaran setiap jam.
e. PERHITUNGAN

Gram contoh
- PERMANGANOMETRI
a. SEKILAS
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+
dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan
kadar oksalat atau besi dalam suatu sample. Pada permanganometri,
titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat
mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan
yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi
oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan
suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu
titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.
b. PRINSIP
Sejumlah
larutan oksidator, kmno4 yang akan di titrasi reduktor dalam keadaan
asam lemah dimana menggunakan asam sulfat encer 2 – 4 N tanpa bantuan
indikator dan akan mengubah larutan hingga berwarna ungu muda.
c. REAKSI




d. CARA KERJA
1.Sebanyak
2 mL (1 mL ±20 tetes) larutan sample di masukkan dalam tabung reaksi
bersih dan kering. Jumlah tetesan larutan sample dicatat sebagai Vsampel.
2.Sebanyak 1 mL larutan H2SO4 5M ditambahkan ke dalam campuran. Kemudian dipanaskan pada suhu 80oC selama 5 menit.
3.Dalam keadaan panas, ditambahkan larutan KMnO4 0,02 M hingga berubah warna menjadi merah muda. Harap diperhatikan jumlah tetesan yang ditambahkan. Jumlah tetesan KMnO4 yang ditambahkan dicatat sebagai Voksidator.
4.Lakukan duplo, jika hasilnya kurang baik, maka dilakukan percobaan ketiga.
- DIKROMATOMETRI
a. SEKILAS
· Kalium Dikromat pro analisis mempunyai kemurnian tak kurang dari 99,9% dan memuaskan untuk banyak tujuan.
· Standarisasi
yang dilakukan adalah dengan cara mentitrasikan larutan Dikromat
terhadap besi dengan memakai Natrium Difenilaminasulfonat atau Asam
N-Fenilantranilat sebagai indikator.
· Larutan
uji harus memiliki sekitar 0,1 M kandungan Besi(II) dan harus
mengandung Asam Sulfat encer untuk mengurangi kecenderungan untuk
oksidasi oleh atmosfer. Garam-garam Kromium(III) dioksdidasi menjadi
Dikromat dengan mendidihkan suatu larutan persulfat berlebih dengan
adanya sedikit Perak Nitrat (katalis). Kelebihan persulfat yang
tertinggal setelah oksidasi lengkap, dirumuskan dengan mendidihkan
larutan sebentar. Kandungan Dikromat dari larutan yang dihasilkan,
ditetapkan dengan penambahan larutan Besi(II) standar berlebih, dan
mentitrasi kelebihan dari yang disebut terakhir ini, dengan Kalium
Dikromat 0,1 N standar.
b. PRINSIP
· PENYIAPAN KALIUM DIKROMAT 0,1 N
Sejumlah tertentu Kalium Dikromat dengan pemanasan pada suhu 140o-150oC, didinginkan, ditimbang, kemudian dilarutkan pada volume dan konsentrasi yang diinginkan.
· STANDARISASI LARUTAN KALIUM DIKROMAT TERHADAP BESI
Sejumlah
tertentu larutan besi diasamkan, kemudian dititrasi oleh larutan Kalium
Dikromat yang akan ditentukan konsentrasinya dengan bantuan indikator
Natrium Difenilaminasulfonat atau Asam N-Fenilantranilat sampai terjadi
perubahan warna menjadi violet-biru.
Pada saat TE mek kawat besi = mek Kalium Dikromat, sehinnga konsentrasi Kalium Dikromat dapat dihitung.
· PENETAPAN BESI (II)
Sejumlah
tertentu larutan yang mengandung besi(II) diasamkan, kemudian dititrasi
oleh larutan Kalium Dikromat dengan bantuan indikator Natrium
Difenilaminasulfonat sampai terjadi perubahan warna menjadi biru-violet.
· PENETAPAN KROMIUM DALAM SUATU GARAM KROMIUM (III)
Sejumlah
tertentu garam Kromium(III) dioksidasi oleh Dikromat dengan bantuan
Perak Nitrat sebagai katalis, dan bantuan indikator Asam
N-Fenilantranilat sampai terjadi perubahan warna menjadi merah-violet.
c. REAKSI
2C3+ + 3S2O82- + 7H2O
Cr2O72- + 6H2SO4- + 8H+

2S2O82- + 2H2O = O2
+ 4HSO4-

2PbCrO4 + 2H+ = 2Pb2+ + Cr2O72- + H2O
d. CARA KERJA
· PENETAPAN KROMIUM DALAM SUATU GARAM KROMIUM (III)
1. Tumbuk 6 gram bahan pro analisis menjadi bubuk halus dalam sebuah lumpang dari kaca atau akik.
2. Panaskan selama 30-60 menit dalam tungku udara pada suhu 140o-150oC.
3. Dinginkan dalam sebuah bejana dalam desikator.
4. Timbang dengan cermat kira-kira 4,9 gram Kalium Dikromat yang telah kering dalam botol timbang.
5. Masukkan ke dalam labu ukur 1000 mL, larutkan, dan homogenkan.
· PENETAPAN BESI (II)
1. Timbang 0,2 gram kawat besi pro analasis dengan cermat, larutkan dalam gelas kimia
2. Tambahkan asam, hangatkan di atas penangas kukus atau di atas nyala api kecil, sampai semua besinya melarut
3. Dinginkan, tambahkan 6-8 tetes indikator Natrium Difenilaminasulfonat
4. Tambahkan 5 mL Asam Fosfat pekat
5. Titrasi perlahan-lahan dengan larutan Dikromat, aduk baik-baik sampai warna hijau murni berubah menjadi hijau keabu-abuan
6. Teruskan
titrasi dengan menambahkan larutan Dikromat setetes demi setetes sampai
muncul rona violet-biru yang pertama, yang tetap permanen setelah
dikocok.
Jika
indikator yang digunakan adalah asam N-Fenilantranilat, tambahkan 200
mL Asam Sulfat 1 M, lalu 0,5 mL indikator, tambahkan larutan Dikromat
dengan mengocok sampai warna berubah dari hijau menjadi merah-violet.
· STANDARISASI LARUTAN KALIUM DIKROMAT TERHADAP BESI
1. Siapkan 25 ml larutan yang mengandung besi (II).
2. Tambahkan 8 tetes indikator Natrium Difenilaminasulfonat.
3. Tambahkan 200 ml Asam Sulfat 2,5%.
4. Tambahkan 5 ml Asam Fosfat 85%.
5. Larutan dititrasi dengan Kalium Dikromat sampai warna Hijau Kebiruan atau Biru Keabu-abuan.
6. Teruskan
titrasi dengan menambahkan larutan Dikromat setetes demi setetes sampai
terbentuk warna ungu atau biru-violet kuat yang tetap permanen setelah
dikocok.
Gunakan
0,5 mL indikator II (asam N-Fenilantranilat). Tambahkan kira-kira 200
mL Asam Sulfat 0,1 M, lalu titrasi dengan larutan kalium Dikromat 0,1 N
sampai warna berubah dari hijau menjadi merah-violet. Titrasi ini tajam
sampai dalam batas 1 tetes.
· PENYIAPAN KALIUM DIKROMAT 0,1 N
1. Timbang dengan cermat sejumlah garam yang akan mengandung air kira-kira 0,25 gram Kromium dan larutkan dalam 50 ml air.
2. Tambahkan 20 ml larutan Perak Nitrat sekitar 0,1 M.
3. Tambahkan 50 ml suatu larutan Ammonium atau Kalium Persulfat 10%.
4. Didihkan larutan perlahan-lahan selama 20 menit.
5. Dinginkan, dan encerkan menjadi 250 ml dalam sebuah labu ukur.
6. Pindahkan 50 ml larutan dengan pipet, tambahkan 50 mL larutan Ammonium Besi(II) Sulfat 0,1 N.
7. Tambahkan 200 mL Asam Sulfat 2 N dan 0,5 mL indikator Asam N-Fenilantranilat.
8. Titrasi kelebihan garam Besi(II) dengan Kalium Dikromat 0,1 N sampai warna berubah dari hijau menjadi merah-violet.
e. PERHITUNGAN
· Normalitas

· Konsentrasi Kalium Dikromat
V1 x N1 = V2 x N2
Ket. : V1 = volume yang dipipet
N1 = konsentrasi besi yang didapat
V2 = volume titrasi
N2 = konsentrasi Kalium Dikromat yang dicari
% Fe = 

% Kromium = 

f. PEMBAHASAN
Timbel
atau Barium dapat ditetapkan dengan mengendapkan Kromat yang hanya
sangat sedikit dapat larut, lalu melarutkan endapan yang telah dicuci di
dalam Asam Sulfat encer, menambahkan larutan Ammonium Besi(II) Sulfat
berlebih yang diketahui, dan mentitrasi kelebihan ion Fe2+ dengan Kalium Dikromat 0,1 N secara biasa.
- CERIMETRI
a. PRINSIP
Reaksi
antara larutan serium sulfat dan arsen oksida sangat lambat pada
temperature biasa, perlulah ditambahakan runutan osmium tetroksida
sebagai katalis. Arsen oksida dilarutkan dalam larutan natrium
hidroksida, larutan diasamkan dengan asam sulfat encer, dan setelah
menambahkan 2 tetes larutan asam osmat yang disiapakan dengan melarutkan
0,1 g osmium tetroksida dalam 40 mL asam sulfat 0,1 N dan indicator
( 1-2 tetes feroin atau 0,5 mL asam N-fenilantranilat ) ia dititrasi
dengan larutan serium sulfat sampai ke perubahan warna tajam yang
pertama, masing-masing dari merah-jingga menjadi biru pucat sekali atau
hijua kekuningan menjadi ungu.
b. REAKSI
2Ce4+ + H3AsO3 + H2O = 2Ce3+ + H3AsO4 + 2 H+
c. CARA KERJA
STANDARISASI LARUTAN SERIUM SULFAT
1. Timbang kira-kira 0,2 g arsen oksida, yang sebelumnya dikeringkan pada suhu 105-1100 C selama 1-2 jam, dan pindahkan ke gelas kimia 400 mL atau labu Erlenmeyer 350 mL.
2. Tambahkan
20 mL larutan natrium hidroksida sekitar 2 M, dan panaskan campuran
perlahan-lahan sampaiu arsen oksida benar-benar larut.
3. Dinginkan sampai temperature kamar, tambahkan 100 mL air, diikuti dengan 25 mL asam sulfat 2,5 M.
4. Tambahkan
3 tetes larutan osmium tetroksida 0,01 M ( 0,25 g osmium tetroksida
dilarutkan dalam 100 mL asam sulfat 0,05 M) dan 0,5 mL indicator asam
N-fenilantranitrat (atau 12 tetes feroin)
5. Titrasi dengan larutan serium sulfat sampai timbul warna tajam yang pertama.
Penetapan tembaga dalam tembaga klorida
1.
Siapkan suatu larutan ammonium besi(III) sulfat dengan melarutkan 10,0 g
dalam kira-kira 80 mL asam sulfat 6N, dan encerkan menjadi 100 mL
dengan asam yang sama kekuatannya.
2. Timbang kira-kira 0,3 g sample tembaga klorida, masukan ke dalam sebuah labu Erlenmeyer yang kering,
3. Tambahkan 25 mL larutan besi(III) itu,
4. Aduk sampai larut dan tambahkan 2 tetes indicator feroin dan titrasi dengan serium sulfat.
d. PERHITUNGAN
mL titrasi x [CeSO4] x Berat Ekivalen CuCl2 x 100 %
Penimbangan
e. PEMBAHASAN
Serium sulfat merupakan zat pengoksid yang sangat kuat, potensial reduksinya dalam asam sulfat 1-8 N pada 250 C adalah 1,43+/-0,05
volt. Ia dapat digunkan hanya dalam larutan asam, paling bai dalam
konsentrasi 0,5 N atau lebih tinggi, selagi larutan dinetralkan, atau
garam-garam yang mengendap. Larutan berwarna kuning kuat, dan dalam
larutan panas yang tidak terlalu encer, titik akhir dapat dideteksi
tanpa suatu indicator, namun prosedur ini memerlukan diadakannya
sutaukoreksi blanko, maka adalah lebih baik menambah sutu larutan
indicator yang sesuai.
GRAVIMETRI
- GRAFIMETRI KONVENSONAL
a. PRINSIP
Sejumlah
tertentu contoh garam dari sampel diendapkan oleh reaksi pengendap
dalam suasana panas dan asam. Endapan disaring, dicuci, dikeringkan dan
dipijarkan padasuhu 500o serta ditimbang.
b. REAKSI
Contoh reaksi pada penetapan kadar besi



c. REAKSI
d. CARA KERJA
Penetapan kadar besi
1. Timbang dengan teliti kurang lebih 0,8 gram sampel garam ferro sulfat, larutkan dalam 50 ml air pada gelas kimia.
2. Tambahkan
kemudian 10 ml larutan HCl (1:1) dan 1 – 2 ml asam nitrat pekat dan
didihkan dengan hati – hati sampai terbentuk warna kuning yang jelas.
3. Uji
kesempurnaan oksidasi – oksidasi. Setelah oksidasi sempurna baru
encerkan larutan yang berwarna kuning jelas sampai 200 ml dengan air,
panaskan hingga mendidih dan kemudian tambah dengan hati – hati melalui
dinding gelas kimia sambil terus diaduk larutan NH4OH (1:1) 7 N sampai sedikit berlebih.
4. Didihkan larutannya hati – hati dalam 1 menit dan biarkan endapan turun ke dasar gelas kimia.
5. Segera
setelah endapan turun, uji kesempurnaan pengendapan. Setelah
pengendapan sempurna baru tuangkan sebanyak mungkin larutan jernih dan
tak berwarna siatas endapan ke dalam penyaring dan juga agar sesedikit
mungkin endapan turut tertuangkan.
6. Cuci endapan yang tertinggal dalam gelas kimia dengan dekantasi sebagai berikut :
Tuangkan sekitar 100 ml larutan NH4NO3 1%
panas yang dibuat sebelumnya, kocok beberapa lama dan biarkan endapan
turun. Endap tuangkan kemudian larutan jernih diatas endapan. Kerjakan
ini beberapa kali sampai bebas ion khlorida.
7. Pindahkan kemudian endapan ke dalam openyaring secara kuantitatif.
8. Sementara
menyaring, pijarkan cawan bersih sampai merah selama sekitar 15 menit.
Biarkan mendingin dalam eksikator selama sekitar 10 menit dan kemudian
timbang. Kerjakan ini terus sampai diperoleh berat cawan yang konstan.
9. Setelah
penyaringan selesai dan semua cairan telah keluar dari penyaringan,
keringkan kertas saringnya dan pengeringan ini dapat :
a. Dalam dapur pengeringan pada temperature 100 – 105oC
Tutuplah
corong yang berisi endapan dengan kertas saring kuantitatif dan
masukkan ini kedalam dapur pengering pada temperature 100 – 105oC selama 1 – 2 jam atau sampai kering.
b. Lepaskan
dengan hati – hati kertas saring dari corongnya, lipat sedemikian rupa
sehingga kertas saringnya menutup dengan baik endapan, masukkan ini ke
dalam cawan yang telah konstan dan panaskan di atas api yang sekecil
mungkin. Juga jangan sampai terjadi pemercikan.
10. Kalau pengeringan dengan cara 9a.
Lepaskan
dengan hati – hati kertas saring dari corongnya, lipat sedemikian rupa
hingga endapan tertutup oleh kertas saring , masukkan ke dalam cawan
yang telah konstan dan arangkan kertas saringnya diatas nyala api kecil,
kemudian bakar karbonnya pada temperature yang serendah mungkin dan
selanjutnya pijarkan sampai merah selama 15 menit. Biarkan mendingin
dalam eksikator. Timbang.
Kerjakan pemijaran ini terus (tiap penijaran selama 10 – 15 menit) sampai didapat berat yang konstan.
11. Kalau pengeringan dengan cara 9b.
Setelah
kering, perbesar sedikit api untuk mengarangkan kertas saring, bakar
kertas saringnya dengan api sekecil mungkin dan aliran udara sebebas
mungkin dan selanjutnya pijarkan sampai merah 15 menit. Biarkan
mendingin dalam eksikator.
e. PERHITUNGAN
Hitung kadar Fe hasil dari penimbangan.
Berat endapan = (bearat cawan kosong + endapan) – berat cawan kosong
Berat Fe = 2 x Ar Fe x berat endapan


Berat contoh garam Fe
- ELEKTRO GRAVIMETRI
a. SEKILAS
Elektrogravimetri
adalah metode yang menggunakan pemisahan dan pengukuran ion dari
sampel, biasanya dari logam. Dalam proses ini sampel larutan dilakukan
melalui elektrolisis. Reduksi elektrokimia menyebabkan analit mengendap
pada katoda. Hasil pada katoda ditimbang sebelum dan setelah percobaan,
dan perbedan dapat digunakan dengan menghitung persentase dari sampel
dalam larutan.
Beberapa
istilah yang dipakai dalam analisis elektrogravimetri yaitu : sel volta
(galvani) dan elektolisis. suatu sel terdiri dari dua elektroda dan
satu atau lebih larutan dalam tempat yang sesuai. Jika suatu sel dapat
mengalirkan energi listrik kepada suatu sistem luar (eksternal), maka
disebut sel volta (galvani). Energi kimia diubah menjadi energi listrik,
tetapi sebagian dari energi tersebut terbuang sebagai kalor (panas).
Jika energi listrik diberikan dari suatu sumber luar, sel yang mengalir
disebut elektrolisis.
Elektrogravimetri digunakan pada pada analisa kuantitatif, pemisahan, prekonsentrasi, elektrosintesis, dan pemurnian logam.
b. PENGERTIAN
Elektrogravimetri
adalah metode penentuan kadar ion/unsur berdasarkan hasil penimbangan
berat zat yang mengendap pada salah satu elektroda pada reaksi
elektrolisis terhadap larutan cuplikan/ metode yang menggunakan
pemisahan dan pengukuran ion dari sampel, biasanya dari logam. Dalam
proses ini sampel larutan dilakukan melalui elektrolisis. Reduksi
elektrokimia menyebabkan mengendap pada katoda. Hasil pada katoda
ditimbang sebelum dan setelah percobaan, dan perbedan dapat digunakan
dengan menghitung persentase dari sampel dalam larutan. Pada reaksi
elektrolisis ini, energi listrik akan diubah menjadi reaksi kimia.
Reaksi yang terjadi pada elektrolisis bergantung pada:
Sumber arus searah
Jenis elektroda
Larutan elektrolit
Dalam bentuk yang biasa, elektrogravimetri melibatkan
penyalutan suatu logam pada katoda platinum yang telah ditimbang dam
kemudian penimbangan kembali untuk menetapkan kuantitas logam itu.
Penetapan tembaga merupakan contoh, sample itu, barangkali suatu aliese
tembaga, dilarutkan dalam asam nitrat, katoda kasa platinum, yang telah
dibersihkan dalam asam nitrat, dibilas, dikeringkan dalam oven, dan
ditimbang, kemudian dicelupkan kedalam larutan dan dibuat hubungan
listrik dengan menggunakan sejenis jepitan. Voltase luar dinaikkan
sampai ammeter itu menunjukkan suatu arus dan katoda tampak kemerahan
(dari tembaga). Akan tampak gelembung yang timbul dari anoda. Suhu dalam
persamaan Eaplied tersebut tidak dapat dihitung dengan tepat. Beberapa
seharusnya Eapplied seharusnya menambahkan sesuatu voltase ekstra untuk
memastikan bahwa elektrolisis itu berjalan. Pada akhir elektrolisis,
katoda diambil dari larutan, sementara votase luar masih dikenakan
(untuk mencegah melarutnya kembali lapisan tembaga itu oleh kerja
galvani). Katoda itu dibilas dengan air suling, kemudian dicelupkan
kedalam etanol atau aseton untuk memudahkan pengeringan, dikeringkan
dengan cepat dalam oven untuk menghindari oksidasi pada permukaan
tembaga dan akhirnya didinginkan dan ditimbang.
Diinginkan medium asam nitrat untuk
eksperimen dengan menurunnya konsentrasi Cu2+ oleh elektrolisis, katoda
makin menjadi negatif sampai mulai reduksi nitrat.
NO3- + 10 H+ + 8e → NH4+ + 3H2O
Ini
menstabilkan potensial katoda yang kemudian menjadi menjadi tidak cukup
negatif untuk mereduksi logam lain, seperti nikel, yang mingkin
terdapat dalam sample (itu juga mencegah reduksi H+, yang tak disukai
karena pembebasan hidrogen yang terjadi bersama-sama akan menyebabkan
endapan tembaga menjadi seperti karet dan tak mau menempel.
Beberapa istilah yang dipakai dalam analisis elektrogravimetri :
Sel
volta (galvani) dan sel elektrolisis adalah suatu sel terdiri dari dua
elektroda dan satu atau lebih larutan dalam wadah yang sesuai. Jika sel
iti dapat memberi eneegi listrik kepada suatu sistem-luar (eksternal),
ia disebut sel volta atau galvani.
Sel
elektrolisis adalah energi kimia diubah sedikit banyak dengan lengkap
menjadi energi listrik, tetapi sebagian dari energi itu terbuang menjadi
kalor (panas). Jika energi listrik itu diberikan dari suatu sumber
luar, sel melalui mana yang mengalir dinamakan sel elektrolisis. Dan
hukum-hukum faraday menjelaskan perubahan utama pada
elektroda-elektroda. Suatu sel tertentu dapat berfungsi sesaat sebagai
sel galvani dan pada saat lain sebagai elektrolisis.
Contoh : akumulator, timbel atau aki. Selama suatu elektrogravimetri, sebuah sel galvani
Selagi
produk-produknya terbentuk diatas elektroda-elektroda. Jika arus
dimatikan, produk ini cenderung menghasilkan suatu arus dengan arah yang
berlawanan dimana arus elektrolisis dilakukan.
Katoda
adalah elektroda pada mana reduksi terjadi. Dalam sebuah sel
elektrolisis, elektrode yang melekat pada terminal negatif dari sumber,
karena elektron-elektron meninggalkan sumber dan masuk kedalam sel
elektrolisis pada terminal tersebut. Katoda adalah terminal positif dari
sebuah sel galvani, karena sel demikan menerima elektron-elektron ada
terminal ini.
Anoda
adalah elektrode dimana oksidasi terjadi. Ini adalah terminal positif
dari suatu sel elektrolisis atau terminal negatif dari suatu sel volta.
Penetapan
elektrogravimetri sederhana , digunakan secara meluas untuk logam.
Teknik itu sangat berhasil bila logam yang cukup mulia seperti tembaga
atau perak harus ditetapkan dalam sample yang konstitusi-konstitusi
lainnya tak semudah H+ untuk direduksi.
Elektrode
terpolarisasi adalah suatu elektrode yang terpolarisasi jika
potensialnya menyimpang dari nilai reversibelnya atau nilai
keseimbangannya. Suatu elektrode dikatakan didepolarisasi oleh suatu
zat, jika zat ini menurunkan banyaknya polarisasi.
Reaksi pada elektroda elektrolisis
misalnya : elektrolisis larutan Zn bromida dengan elektroda platina dengan penggunaan voltase +++ (yang berlebih)
- akan menghasilkan pendepositan.
- Zn diatas katoda (dengan demikian menghasilkan elekroda Zn+) dan brom pada anoda.
-Dengan demikian menghasilkan suatu elektroda brom.
Reaksi pada katoda : Zn2+ + 2e Zn
Reaksi pada anoda : 2 Br- Br2 + 2e
Ada dua metode elektrolisis :
Elektolisis lambat, tanpa pengadukan
elektrolisis dilakukan tanpa pengadukan dengan potensial 2-2,5 volt dan berarus
sebesar kira-kira 0,3 amper dan dilakukan sebaiknya semalaman.
Elektrolisis cepat, dengan pengadukan
Elektrolisis
dilakukan dengan pengadukan dengan potensial 2-4 volt dan berarus
kira-kira 2-4 amper dan elektrolisis dilakukan sampai selesai pengadukan
mengakibatkan persediaan ion logam yang lebih dari cukup selalu ada
didekat katoda itu dan akibatnya semua arus digunakan untuk pendepositan
logam.
c. REAKSI
Unit elektrolisis
Susunan
yang dipakai dalam keadaan yang berbeda-beda antara satu laboratorium
dengan lainnya, sebuah rangkaian sederhana yang memakai saluran listrik
arus searah (200-240 volt atau 110 volt). M adalah saluran arus searah,
R1 sebuah tahapan tetap (yang terdiri dari suatu bangku lampu-lampu), R2
debuah tahapan variabel kecil dengan wattase yang tinggi, A sebuah
ammeter dengan pembacaan sampai dengan 10 amp, V sebuah voltmeter dengan
pembacaan sampai dengan 10-15 volt, E sebuah bejana elektrolisis, dan S
sebuah saklar. Pilihan lain, sumber arus searah boleh berupa sebuah
baterai mobil 6 volt yang berkapasitas besar, atau sejumlah akumulator
(aki) yang dihubungkan secara seri. Jika sumber arus searah tak
tersedia, salah satu dari unit penyedia listrik arus searah komersial
yang beroperasi pada jaringan arus bolak-balik dapat digunakan. Sebuah
trasformator menurunkan voltase menjadi 3-5 volt, arus lalu dialirkan
melalui sebuah alat penyearah, dan akhirnya melalui sebuah rangkai
filter rata.
Jika polaritas terminal (ujung-ujung jepit) tak diketahui,
ini dapat ditetepkan dengan menyentuhkan kedua kawat dari terminal itu
ke atas kertas yang dibasahi dengan larutan kaliun iodida, suatu noda
coklat dari iod akan terbentuk pada kutub positif.
Tersedia banyak tipe alat komersial untuk analisis secara elektrolisis
Gambar
diatas memperlihatkan alat B.T.L (baird and Tatlock Ltd). Ini dirancang
untuk digunakan pada jaringan bolak-balik 200-250 volt, dan didalamnya
memuat penyearah arus dari silikon yang memberi arus searah bertentangan
rendah untuk elektrolisis. Pengadukan dilakukan dengan sebuah pengaduk
magnetik yang dipasang dibawah nampan tetes dari baja tahan karat,
diatas dimana ditaruh piala yang mengandung larutan yang akan
dielektrolisis. Pemegang electrode dipasang pada sebuah lengan yang
dapat disesuaikan tingginya.
B. Elektroda
Umumnya dibuat dari platinum atau dari platinum-iridium,
meskipun elektroda-elektroda titanium berlapiskan platinum
(terplatinasi) juga tersedia (Baird and Tatlock): elektroda kasa lebih
disukai karena mereka membantu dalam peredaran larutan, dan membantu
mengurangi setiap kecenderungan menghabisnya elektrolit secara setempat.
Elektroda yang khas diperlihatkan pada gambar (a) dan (b) menyatakan
sepasang elektroda, dari mana yang sebelah dalam diputar, sementara yang
sebelah luar terpasang tetap.
(c) menyatakan sepasang elektroda lain (tipe fischer), dalam
mana kedua elektroda diam, sebuah tabung kaca disisipkan kedalam
cincin-cincin diatas kawat penghantar dari elektroda sebelah luar, dan
kawat penghantar kedalam elektroda sebelah dalam melalui tabung ini.
Dengan elektroda tipe Fischer ini harus digunakan sebuah pengaduk dayung
dari kaca yang independent, atau sebuah batang pengaduk magnetik.
Katoda merkurium
Digunakan meluas untuk pemisahan-pemisahan elektrolisis arus
konstan. Penggunaannya paling penting adalah pemisahan logam-logam
alkali dan alkali tanah, Al, Be, Mg, Ta, V, Zr, W, U, dan
Lantanoid-lantanoid dari unsure seperti Fe, Cr, Ni, Co, Zn, Mo, Cd, Cu,
Sn, Bi, Ag, Ge, Pd, Pt, Au, Rh, Ir, dan Ti, yang pada kondisi yang
sesuai, dapat didepositkan diatas sebuah katoda merkurium. Maka metode
ini mempunyai nilai khusus untuk penetapan Al dan sebagainya, dalam
bejana dan aliase: metode ini juga diterapakan dalam pemisahan besi dan
unsur-unsur, seperti: titanium, vanadium, dan uranium. Dalam
elektrolisis arus konstan yang tak terkendali dalam suatu medium asam,
potensial katoda dibatasi oleh potensial pada ion hidrogen tereduksi,
potensial hydrogen diatas merkurium adalah tinggi (kira-kira 0,8 volt),
dan akibatnya banyak logam didepositkan dari suatu larutan asam pada
sebuah katoda merkurium
Dalam
(a) kawat platinum disegel kedalam sisi sebuah piala Pyrex berbibir
(250 cm3), dalam (b) kawat platinum disegel kedalam tabung samping,
tipe yang terakhir ini memberi kemungkinan pemisahan yang hampir lengkap
antara lapisan air dan merkurium. Alat (c) adalah bentuk
yang paling berguna, bejana elektrolisis itu mengandung anode platinum
(sebaiknya dari tipe yang berputar) terendam dalam elektrolit. Hubungan
listrik ke merkurium dibuat melalui sebuah kawat platinum yang disegel
kedalam sisi bejana (sepotong kawat tembaga amalgam yang tercelup
kedalam merkurium yang terkandung dalam sebuah tabung kaca, yang kedalam
ujung bawahnya disegalkan sepotong kawat platinum pendek, dapat
digunakan untuk hubungan listrik, merkurium itu bertindak sebagai
katode, pengadukan harus mengacaukan baik merkurium maupun larutan. Bila
elektrolisis lengkap, labu pengatur permukaan direndahkan sampai
merkurium mencapai tepi atas lubang kran, dengan menjaga agar rangkaian
selalu tertutup, kran diputar 180o dan elektrolit ditampung dalam sebuah
bejana yang sesuai. Alat (d) mempergunakan sebuah corong pemisah yang
sedikit dimodifikasi, yang memungkinkan pengeluaran elektrolit dan
cairan cairan-cairan dengan mudah. Merkurium ditaruh dalam sel sampai
dalam batas 1 mm dari puncak sebuah tabung kecil berlubang kapiler yang
menonjol masuk dan disegel ke dalam lubang masuk kran.
C. Bejana Eletroda
piala-piala
berbentuk tinggi, tanpa paruh, umumnya digunakan untuk menahan larutan
yang akan dielektrolisis. Ini harus berukuran sedemikian sehingga
terdapat volume cairan yang paling kecil yang masih praktis antara
katoda dan kaca. Peralatan harus disusun sehingga piala dapat
, istilah serium(IV) sulfat akan dipertahankan.
Larutan-larutan
serium(IV) sulfat dapat dipisahkan dengan melarutkan serium(IV) sulfat
atau amonium serium(IV) sulfat yang lebih mudah dapat-larut itu, dalam
asam sulfat encer(1-2N). Dapat dibeli amonium serium(IV) nitrat mutu pro
analis, dan suatu larutan asam sulfat encer1M dapat digunakan untuk
banyak tujuan, yang menggunakan larutan-larutan serium(IV), tetapi dalam
beberapa kasus, adanya ion nitrat tak dikehendaki. Ion nitrat dapat
disingkirkan dengan menguapkan reagen nitrat yang diendapkan dengan
larutan-air amonia, dan serium(IV) hidroksida yang dihasilkan, disaring
dan dilarutkan dalam asam sulfat.
Indikator dalam yang sesuai dengan larutan(IV) sulfat meliputi asam N-fenilantranilat, feorin, dan 5,6-dimetilferoin.
a. CARA KERJA
· Unit elektrolisis
·Susunan
yang dipakai dalam keadaan yang berbeda-beda antara satu laboratorium
dengan lainnya, sebuah rangkaian sederhana yang memakai saluran listrik
arus searah (200-240 volt atau 110 volt). M adalah saluran arus searah,
R1 sebuah tahapan tetap (yang terdiri dari suatu bangku lampu-lampu), R2
debuah tahapan variabel kecil dengan wattase yang tinggi, A sebuah
ammeter dengan pembacaan sampai dengan 10 amp, V sebuah voltmeter dengan
pembacaan sampai dengan 10-15 volt, E sebuah bejana elektrolisis, dan S
sebuah saklar. Pilihan lain, sumber arus searah boleh berupa sebuah
baterai mobil 6 volt yang berkapasitas besar, atau sejumlah akumulator
(aki) yang dihubungkan secara seri. Jika sumber arus searah tak
tersedia, salah satu dari unit penyedia listrik arus searah komersial
yang beroperasi pada jaringan arus bolak-balik dapat digunakan. Sebuah
trasformator menurunkan voltase menjadi 3-5 volt, arus lalu dialirkan
melalui sebuah alat penyearah, dan akhirnya melalui sebuah rangkai
filter rata.
·
Jika polaritas terminal (ujung-ujung jepit) tak diketahui,
ini dapat ditetepkan dengan menyentuhkan kedua kawat dari terminal itu
ke atas kertas yang dibasahi dengan larutan kaliun iodida, suatu noda
coklat dari iod akan terbentuk pada kutub positif.
· Tersedia banyak tipe alat komersial untuk analisis secara elektrolisis
·
· 

·Gambar
diatas memperlihatkan alat B.T.L (baird and Tatlock Ltd). Ini dirancang
untuk digunakan pada jaringan bolak-balik 200-250 volt, dan didalamnya
memuat penyearah arus dari silikon yang memberi arus searah bertentangan
rendah untuk elektrolisis. Pengadukan dilakukan dengan sebuah pengaduk
magnetik yang dipasang dibawah nampan tetes dari baja tahan karat,
diatas dimana ditaruh piala yang mengandung larutan yang akan
dielektrolisis. Pemegang electrode dipasang pada sebuah lengan yang
dapat disesuaikan tingginya.
·B. Elektroda
·
Umumnya dibuat dari platinum atau dari platinum-iridium, meskipun
elektroda-elektroda titanium berlapiskan platinum (terplatinasi) juga
tersedia (Baird and Tatlock): elektroda kasa lebih disukai karena mereka
membantu dalam peredaran larutan, dan membantu mengurangi setiap
kecenderungan menghabisnya elektrolit secara setempat. Elektroda yang
khas diperlihatkan pada gambar (a) dan (b) menyatakan sepasang
elektroda, dari mana yang sebelah dalam diputar, sementara yang sebelah
luar terpasang tetap.

·
· 

·
(c) menyatakan sepasang elektroda lain (tipe fischer), dalam
mana kedua elektroda diam, sebuah tabung kaca disisipkan kedalam
cincin-cincin diatas kawat penghantar dari elektroda sebelah luar, dan
kawat penghantar kedalam elektroda sebelah dalam melalui tabung ini.
Dengan elektroda tipe Fischer ini harus digunakan sebuah pengaduk dayung
dari kaca yang independent, atau sebuah batang pengaduk magnetik.
· Katoda merkurium
·
Digunakan meluas untuk pemisahan-pemisahan elektrolisis arus
konstan. Penggunaannya paling penting adalah pemisahan logam-logam
alkali dan alkali tanah, Al, Be, Mg, Ta, V, Zr, W, U, dan
Lantanoid-lantanoid dari unsure seperti Fe, Cr, Ni, Co, Zn, Mo, Cd, Cu,
Sn, Bi, Ag, Ge, Pd, Pt, Au, Rh, Ir, dan Ti, yang pada kondisi yang
sesuai, dapat didepositkan diatas sebuah katoda merkurium. Maka metode
ini mempunyai nilai khusus untuk penetapan Al dan sebagainya, dalam
bejana dan aliase: metode ini juga diterapakan dalam pemisahan besi dan
unsur-unsur, seperti: titanium, vanadium, dan uranium. Dalam
elektrolisis arus konstan yang tak terkendali dalam suatu medium asam,
potensial katoda dibatasi oleh potensial pada ion hidrogen tereduksi,
potensial hydrogen diatas merkurium adalah tinggi (kira-kira 0,8 volt),
dan akibatnya banyak logam didepositkan dari suatu larutan asam pada
sebuah katoda merkurium
·
·Dalam
(a) kawat platinum disegel kedalam sisi sebuah piala Pyrex berbibir
(250 cm3), dalam (b) kawat platinum disegel kedalam tabung samping,
tipe yang terakhir ini memberi kemungkinan pemisahan yang hampir lengkap
antara lapisan air dan merkurium. Alat (c) adalah bentuk
yang paling berguna, bejana elektrolisis itu mengandung anode platinum
(sebaiknya dari tipe yang berputar) terendam dalam elektrolit. Hubungan
listrik ke merkurium dibuat melalui sebuah kawat platinum yang disegel
kedalam sisi bejana (sepotong kawat tembaga amalgam yang tercelup
kedalam merkurium yang terkandung dalam sebuah tabung kaca, yang kedalam
ujung bawahnya disegalkan sepotong kawat platinum pendek, dapat
digunakan untuk hubungan listrik, merkurium itu bertindak sebagai
katode, pengadukan harus mengacaukan baik merkurium maupun larutan. Bila
elektrolisis lengkap, labu pengatur permukaan direndahkan sampai
merkurium mencapai tepi atas lubang kran, dengan menjaga agar rangkaian
selalu tertutup, kran diputar 180o dan elektrolit ditampung dalam sebuah
bejana yang sesuai. Alat (d) mempergunakan sebuah corong pemisah yang
sedikit dimodifikasi, yang memungkinkan pengeluaran elektrolit dan
cairan cairan-cairan dengan mudah. Merkurium ditaruh dalam sel sampai
dalam batas 1 mm dari puncak sebuah tabung kecil berlubang kapiler yang
menonjol masuk dan disegel ke dalam lubang masuk kran.
· C. Bejana Eletroda
·
piala-piala
berbentuk tinggi, tanpa paruh, umumnya digunakan untuk menahan larutan
yang akan dielektrolisis. Ini harus berukuran sedemikian sehingga
terdapat volume cairan yang paling kecil yang masih praktis antara
katoda dan kaca. Peralatan harus disusun sehingga piala dapat

, istilah serium(IV) sulfat akan dipertahankan.
Larutan-larutan
serium(IV) sulfat dapat dipisahkan dengan melarutkan serium(IV) sulfat
atau amonium serium(IV) sulfat yang lebih mudah dapat-larut itu, dalam
asam sulfat encer(1-2N). Dapat dibeli amonium serium(IV) nitrat mutu pro
analis, dan suatu larutan asam sulfat encer1M dapat digunakan untuk
banyak tujuan, yang menggunakan larutan-larutan serium(IV), tetapi dalam
beberapa kasus, adanya ion nitrat tak dikehendaki. Ion nitrat dapat
disingkirkan dengan menguapkan reagen nitrat yang diendapkan dengan
larutan-air amonia, dan serium(IV) hidroksida yang dihasilkan, disaring
dan dilarutkan dalam asam sulfat.
Indikator dalam yang sesuai dengan larutan(IV) sulfat meliputi asam N-fenilantranilat, feorin, dan 5,6-dimetilferoin.
KROMATOGRAFI
- DASAR
- Pemisahan campuran menjadi komponen-komponen adalah hal yang penting dalam semua cabang ilmu kimia dan tidak kalah penting dalam banyak bidang di teknik kimia dalam memecahkan berbagai masalah. Ketelitian kromatografi jarang sekali ditekankan. Dengan menggunakan metode kromatografi ,banyak kasus pemisahan bisa diselesaikan dengan baik dan lebih efektif. Seperti :
Ø Menghitung polusi air dan udara
Ø Menentukan residu pestisida pada buah dan sayuran
Ø Mengidentifikasi dan mengklasifikasi senyawa organik, dll.
- Istilah kromatografi diturunkan dari kata-kata yunani yang berarti “warna” dan “tulis”. Kromatografi adalah suatu metoda yang digunakan untuk memisahkan suatu senyawa dalam suatu campurannya secara fisik dimana campuran tersebut dipisahkan berdasarkan distribusi senyawa-senyawanya diantara dua fasa,yaitu fasa diam (stasioner) dan fasa gerak (mobile). Fasa diam adalah fasa yang lebih besar jumlahnya pada kromatografi dan memiliki permukaan kontak yang lebih luas. Fasa diam (stasioner) dapat berupa
Ø Cairan
Ø Padatan
Ø Padatan yang dibalut cairan (KLT)
- Sedangkan fasa gerak adalah fasa yang mengalir bersama fasa diam. Fasa gerak bisa berupa cairan ataupun gas. Dalam semua teknik kromatografi,zat-zat yang terlarut yang dipisahklan bermigrasi sepanjang kolom ataupun di dalam fasa diam dan tentui saja dasar pemisahan terletak dalam laju perpindahan sebuah zat yang terlarut sebagai hasil dua faktor dimana yang satu cenderung menggerakkan zat terlarit itu dan yang satu cenderung untuk menahannya. Interaksi diatas menghasilkan keseimbangan ,dimana harganya dapat ditentukan dengan hukum distribusi yaitu :
Cs = konsentrasi fasa diam
Cm = konsentrasi fasa gerak
Senyawa
yang bergerak paling cepat akan juga cepat keluar sedangkan senyawa
yang bergerak paling lama juga kan lama keluar. Cepat lamanya suatu
senyawa melewati fasa diam dan fasa gerak terletak pada zat yang
dikandung senyawa tersebut,dan dipengaruhi oleh :
Ø Susunan fasa diam
Ø Fasa gerak yang digunakan
Ø Suhu kolom
Pada kromatografi,secara umum proses yang terjadi adalah sebagai berikut:
- Sampel dimasukkan ataupun dicampurkan biasanya dengan cara di-injeksikan,kemudian dimulailah penyebaran molekul yang disebabkan oleh difusi eddy. Difusi eddy adalah faktor yang timbul akibat penggandaan lintasan untuk suatu aliran gas melalui suatu kolom yang berisi partikel-partikel dengan berbagai bentuk dan ukuran yang diatur secara tak beraturan. Ketika partikel tersebut mengalir melalui saluran-saluran di antara partikel-partikel packing. Besarnya kontribusi difusi eddy dari pelebaran pita mestinya bergantung pada ukuran partikel isian,bentuknya,dan keseragaman distribusi dalam kolom tersebut. Selain difusi eddy masih ada difusi longitudinal. Biasanya beberapa molekul zat terlarut cenderung berdifusi sepanjang gradient konsentrasi,sehingga suatu pita yang bergerak akan melebar dan akan meningkatkan panjang waktu yang dibutuhkan untuk mengelusi pita dari kolom. Lalu setelah itu senyawa bergerak keluar masuk dengan difusi dimana semua fasa gerak telah terjerembap kedalam fasa diam. Lalu molekul melakukan penetrasi ,lalu kembali ke fasa gerak lebih cepat dan mengikuti aliran untuk keluar dari kolom. Setelah keluar senyawa didieteksi oleh detector yaitu konsentrasinya yang dihubungklan bersama fungsi waktu. Dan ditunjukkan dengan kromatogram.
- KLT
Kromatogarfi
lapis tipis menggunakan prinsip dasar pada kromatografi dasar yaitu
pemisahan campuran berdasarkan perbedaan distribusi senyawa pada dua
fasa yang berbeda. Pada KLT fasa diamnya berupa silica yang terbalut
oleh cairan. Sedangkan eluen digunakan pelarut baik yang polar maupun
yang non-polar. Misalnya pada suatu kasus disediakan sampel ekstrak
bunga (polar) dan digunakan dua pelarut yang berbeda yaitu:
· etil asetat : aseton (7:3)
· Etil asetat : heksana (8:2)
Setelah
pelarut dibuat,plat dimasukkan ke dalam gelas yang berisi pelarut
tersebut dan ditutup agar pelarut bisa diterima dengan baik. Kemudian
setelah semua pelarut naik sampai tanda batas yang ditentukan,plat
diambil dan diagin-anginkan. Bila perubahan warna yang terjadi tidak
dapat dilihat oleh mata maka jalan lain yang harus diambil adalah
melihatnya dibawah sinar ultra violet, dan ditandai titik-titik noda
yang terbuat pada plat dan lalu dibandingjkan dengan jarak keseluruhan
plat guna mencari Retention Faktor ( Rf-nya ).
- KROMATOGRAVI PENUKAR ION
Sesuai
dengan namanya kromatografi ini khusus untuk masalah dengan kasus
pertukaran ion saja.dengan meggunakan resin sintetik dan biasanya untuk
mendeteksi dan pemisahan logam,seperti pada asam amino.
Contoh
diatas merupakan kromatografi dasar yang ditemukan sebagai pendahuluan
sebelum lahirnya peralatan-peralatan kromatografi yang lebih baik sepert
GC dan HPLC. Untuk HPLC akan dibahas pada bab selanjutnya.
- HPLC
HPLC
atau biasa disebut kromatografi cair kinerja tinggi adalah alat yang
dikembangkan sesuai dengan kromatografi cair khususnya pada kromatografi
kolom. Prinsip dari HPLC ini adalah dinamika dan migrasi dengan
meggunakan dua fasa. HPLC biasanya digunakan untuk senyawa untuk yang
berberat molekul tinggi dan tidak menguap,dimana penyerapan semakin baik
jika molekul berada pada bentuk terkecil sehingga pemisahan semakin
baik.
Beberapa keunggulan HPLC dibanding alat lain:
•
HPLC dilengkapi dengan adanya pompa. Pompa ini menghasilkan tekanan
sekitar 400 atm untuk mengalirkan eluen dengan tekanan tinggi dan
konstan sehingga memperingan kerja kolom dan juga pemisahansehingga
waktu lebih sedikit. pada pompa dikenal dua system dalam teknik
pemisahan yaitu isokratik dan gradient,namun gradient lebih berisifat
akurat karena masing-masing pompa mengatur laju alir larutan yang
berbeda.
• HPLC memiliki keunggulan kolom. Dimana kolom HPLC ini lebih pendek dan lebih kecil dibanding GC misalnya. Diameter untuk internal kolom HPLC ≤ 4.6 mm sehingga dapat memberikan permukaan kontak yang lebih luas diman mempengaruhi sempurnanya pemisahan yang semakin baik. Dan panjang kolom HPLC adalah 150-250 mm. dan yang perlu diingat adalah kolom HPLC dapat digunakan kembali dengan cara direnerasi dengan mencucinya hingga bersih dengan pelarut yang sesuai.
• HPLC mempunyai detector yang amat sangat sensitive dan peka. HPLC memiliki beberapa detector misalnya:
- Detector ultra violet
- Detector fluorometrik
- Detector elektrokimia
• Waktu retensi
Waktu
yang dibutu8hkan senyawa untuk melalui kolom hingga ke detector disebut
waktu retensi yang diukur berdasarkan waktu dimana sampel diinjeksikan
sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum dari senyawa
itu.biasanya dipengaruhi oleh :
- Tekanan yang digunakan
- Kondisi dari fase diam
- Komposisi pelarut yang tepat
- Temperature kolom
• Kromatogram
Kromatogram
menunjukkan hasil yang didapat. Kromatogram yang diinginkan adalah
kromatogram yang lurus tinggi dengan lebar sekecil mungkin. Bukan dengan
bentuk lainnya,karena bentuk tersebut menandakan pemisahan dilakukan
dengan sangat baik. Namun dalam kromatogram kita menemukan beberapa
puncak kecil atau yang mengganggu dan disebut denga noise. Noise muncul
jika sampel kita ataupun pelarut yang kita gunakan belum pure,belum
murni dari pengotor-pengotor yang mungkin tidak sengaja masuk
kedalamnya.
Fasa
gerak dalam HPLC memegang peranan penting karena sangat akan
mempengaruhi kepada pemisahan,jadi ada beberapa criteria yang harus
dipenuhi fasa gerak :
- Murni,tidak ada pengotor
- Sesuai dengan detector dan sampel
- Tidak bereaksi dengan wadah
- Harga murah dan mudah mendapatkannya
- Eluen
akan membawa sampel sepanjang kolom dan tempat/wadah eluen tidak
boleh bereaksi dengan pelarut dan harus disaring terlebih
dahulu,hal ini dilakukan demi menjaga kebersihan pelarut maupun
eluen dari pengotor-pengotor seperti debu dll. Selain itu eluenjuga
haru bebas dari udara yang akan terbawa ke dalam pompa. Hal akan
diakibatkan adalah tidak stabilnya tekanan yang dihasIlkan
nantinya.biasanya eluen yang dipakai adalah methanol ataupun
etanol,semakin polar semakin baik.
a. SEKILAS
b. PRINSIP
c. REAKSI
d. CARA KERJA
e. PERHITUNGAN
f. PENGGANGG
SPEKTROFOTOMETRI
- DASAR
Sebagian
besar metoda analisis kimia berdasarkan pada interaksi antara radiasi
elektro magnetic atau sinar dengan materi.Interaksi tersebut meliputi
absorpsi,emisi,refleksi dan transmisi radiasi oleh atom-atom atau
molekul dalam suatu materi.Sifat inilah yang di manfaatkan sebagai
prinsip dasar dari spektroskopi,telah terbukti merupakan salah satu
teknik analisis kualitatif dan kuantitatif yang dapat di
andalkan.Peralatannya mudah dan pada umumnya relative sederhana serta
mudah cara pengngoprasiannya.
Spektrofotometer
juga memerlukan perawatan agar lebih awet di gunakan dengan hasil
pengukuran yang dapat di pertanggung jawabkan.
Prinsip Dasar Spektrofotometri UV/VIS.
Spektrofotometri didefinisikan suatu metoda analisis kimia
berdasarkan pengukuran seberapa banyak energi radiasi diabsorpsi oleh
suatu zat sebagai fungsi panjang gelombang.
Agar
lebih mudah memahami proses absorpsi tersebut, dapat ditunjukkan dari
suatu larutan berwarna. Misalnya larutan Tembaga Sulfat yang nampak
berwarna biru. Sebenarnya larutan ini mengabsorpsi radiasi warna kuning
dari cahaya putih dan meneruskan radiasi biru yang tampak oleh mata
kita.
Proses absorpsi ini kemudian dapat dijelaskan bahwa, suatu
molekul atau atom yang mengabsorpsi radiasi akan memanfaatkan energi
radiasi tersebut, untuk mengadakan eksitasielektron. Eksitasi ini hanya
akan terjadi bila energi radiasi yang di perlukan sesuai dengan
perbedaan tingkat energi dari keadaan dasar ke keandaan tereksitasi dan
sifatnya karakteristik.
- PERALATAN SPEKTROFOTOMETER
Spektrofotometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya transmisi atau
absorbansi suatu sample sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Spektrofotometer ada yang menggunakan berkas rangkap (double beam), tetapi
prinsip peralatannya sama seperti system berkas tunggal (single beam) yang
secara diagram blok dapat digambarkan sebagai berikut :
Sumber Monokromator Sampel Detektor Pembaca
1. Sumber
Untuk
tujuan pengukuran absorpsi molecular diperlukan suatu sumber kontinue
yang mempunyai energi tidak mengalami perubahan tajam pada daerah
panjang gelombang yang diinginkan. Khusus pada spektrofotometer UV dan Vis, masing-masing menggunakan sumber lampu tungsten.
a. Lampu Deuterium (Hidrogen)
Lampu
ini menghasilkan spectrum continue dalam daerah Ultraviolet yang
dihasilkan oleh eksitasi elektrik dari Deuterium atau Hidrogen pada
tekanan rendah. Biasanya menggunakan arus searah 40 V dan power supply
diperlukan untuk intensitas yang konstan baik lampu deuterium ataupun
Hidrogen menghasilkan spectrum continue dalam daerah 180 - 375 Nm,
tetapi bukan merupakan spectrum continue.
b. Lampu Tungsten (Wolfram)
Sumber
radiasi yang umumnya digunakan pada daerah tampak dan inframerah dekat
adalah lampu filament Tungsten. Lampu ini memadai dari kira–kira 325 –
2500 Nm. Oleh karena itu Voltase ke lampu harus stabil, yaitu dengan
memasang power supply yang dapat diatur.
2. Monokromator
Monokromator adalah peralatan optic yang berfungsi
mengisolasi suatu berkas radiasi dari sumber continue dengan kemurnian
spectral yang tinggi untuk panjang gelombang manapun. Unsur-unsur
terpenting suatu monokromator yaitu system celah (slit) dan unsure
pendispersif.
Celah (slit)
Setiap
monokromator selalu dilengkapi dengan sepaasang celah, yaitu celah
masuk dan celah keluar. Kedua celah tersebut selain berperan yang
menentukan sifat monokromatis radiasi yang dihasilkan juga sifat
resolusi panjang gelombangnya. Celah umumnya terdiri dari dua buah pelat
logam, sehingga sisi-sisinya tajam.
Monokromator dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Monokromator Prisma
b. Monokromator Grating ( Kisi )
3. Kuvet
Sel atau kuvet harus terbuat dari bahan yang dapat meneruskan
sinar dari daerah spectrum yang digunakan. Kaca leburan silikat biasa
digunakan antara 350-3,0
Pada daerah 300 Nm sampai daerah tampak dapat menggunakan sel dari
bahan kaca Corex. Tetapibahan demikian tidak boleh digunakan untuk
daerah Ultraviolet, karena bersifat mengabsorpsi sinar Ultraviolet.
4. Detektor
Prinsip detektor spektrofotmeter adalah mengubah energi
radiasi yang jatuh mengenainya menjadi suatu besaran yang dapat diukur.
0 komentar:
Posting Komentar